Rabu, 05 Oktober 2016

PENGAKUAN RENE DESCARTES TENTANG TUHAN






Oleh: Triat Adi Yuwono

    Rene Descartes (1596-1650 M) adalah seorang filsuf rasionalisme. Pada mulanya ia meragukan ilmu pengetahuan yang hanya didasarkan pada panca indera, karena panca indera memiliki banyak kelemahan sehingga banyak menyesatkan. Ia lebih mempercayai akal pikiran. Dalam usahanya untuk mencari kebenaran dengan perantaraan akal pikiran itulah ia kemudian menemukan dan mengakui adanya keberadaan Tuhan[1].
        Descartes mendapatkan bukti adanya keberadaan Tuhan melalui kesadaran manusia: bahwa keraguan justru membuktikan keberadaan orang yang meragukan. Kita tidak bisa memastikan sesuatu yang berada di luar diri kita, namun kita bisa pasti tentang pengalaman batin kita sendiri. Tatkala kita ragu-ragu, maka keterbatasan dan hakikat diri yang tidak sempurna menjadi terungkap. Namun kita tidak akan sampai pada gagasan tentang “ketidaksempurnaan” jika kita tidak memiliki konsepsi pendahulu tentang “kesempurnaan”. Descartes menyimpulkan bahwa ketiadaan kesempurnaan adalah mustahil; pernyataan itu merupakan contradictio in terminis (ungkapan yang kontradiktif). Pengalaman kita tentang keraguan, dengan demikian, menyatakan kepada kita bahwa suatu wujud yang tertinggi dan sempurna –yaitu Tuhan- pastilah ada.[2] Rene Descartes juga bertanya kepada dirinya sendiri: Saya tidak menciptakan diri saya sendiri, sebab jika saya menciptakan diri saya sendiri, tentu saya akan memberikan semua sifat kesempurnaan pada diri saya. Karena diri saya tidak sempurna, ini merupakan pertanda bahwa bukan saya yang menciptakan diri saya, tetapi Zat lain. Sudah tentu Zat lain yang menciptakan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan.[3]
        Rene Descartes mengatakan: “Setidaknya sudah merupakan sebuah kepastian bahwa Tuhan, yang merupakan wujud sempurna ini, ada atau bereksistensi sebagaimana halnya setiap dalil geometri”[4]. Ia juga berkata: “Saya dan semua makhluk yang ada, dijadikan oleh Zat yang Maha Sempurna itu. Saya menyimpulkan bahwa Tuhan mempunyai wujud tersendiri”. Menurut Descartes, Tuhan ialah yang tidak mempunyai kesudahan, yang tiada awal dan tiada akhir, yang abadi, kekal, berdiri sendiri, yang mengetahui segala sesuatu dan yang merasa atas tiap-tiap sesuatu.[5]


[1]  Lihat Lukman Hakim, 2008. Hal: 22-23 dan  juga Zainal Abidin, 2000. Hal:48-49
[2] Karen Armstrong. 2014. Sejarah Tuhan. Mizan Media Utama: Bandung, Hal:447
[3] Lukman Hakim. 2008. Adakah Tuhan? Logika untuk Membangun Akidah. Pustaka Adipura: Yogyakarta, Hal:23
[4] Karen Armstrong. 2014. Sejarah Tuhan. Mizan Media Utama: Bandung, Hal: 448
[5] Lukman Hakim. 2008. Adakah Tuhan? Logika untuk Membangun Akidah. Pustaka Adipura: Yogyakarta, Hal:23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar