Rizki adalah sesuatu yang bisa kita
nikmati. Walaupun sesuatu itu bukan
milik kita, namun ketika kita bisa menikmatinya maka itu adalah rizki kita. Sebaliknya
sesuatu yang menjadi milik kita, namun kita tidak bisa menikmatinya maka itu
bukanlah rizki kita.
Misalnya kita membeli ikan kemudian digoreng dan diletakkan
di atas meja. Lalu ikan tersebut ternyata dimakan oleh seekor kucing, maka
meskipun ikan itu milik kita, tetapi ia bukan menjadi rizki kita karena tidak
bisa menikmatinya.
Contoh yang lain adalah misalnya anda memiliki seorang
tetangga yang mempunyai sebuah motor matic, sementara anda tidak memilikinya.
Suatu saat tetangga itu mudik ke kampung halamannya dengan menggunakan kereta,
sehingga motor tersebut dititipkan ke anda dan dipersilahkan untuk memakainya. Maka
selama motor itu masih bisa anda pakai dan nikmati, berarti saat itu motor tersebut
menjadi rizki anda. Meskipun bukan milik anda.
Allah SWT adalah pemberi rizki, Dialah satu-satunya
yang Maha Pemberi rizki kepada hamba-hamba-Nya. Firman Allah SWT dalam QS. Adz
Dzariat [51] ayat 58:
Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh
Allah SWT menjanjikan bahwa orang yang beriman dan mau
berusaha dengan baik (beramal shaleh) maka Allah akan memberinya rizki yang
mulia. Firman Allah SWT dalam QS. Al Hajj [22] ayat 50 :
aka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia
Dari QS. Al Hajj [22] ayat 50 di atas dijelaskan bahwa orang yang beriman
dan beramal saleh akan mendapatkan rizki yang mulia, berarti orang yang tidak
beriman dan tidak beramal saleh akan mendapatkan rizki yang tidak mulia atau rizki
yang buruk. Maka rizki bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu rizki yang mulia
dan rizki yang buruk.
a.
Rizki yang Mulia
Syarat untuk mendapatkan
rizki yang mulia adalah beriman dan beramal shaleh, kedua-duanya tidak bisa
dipisahkan. Orang yang beriman saja tetapi tidak mau beramal shaleh (tidak mau
bekerja/ berusaha) sangat mungkin dia mendapatkan rizki yang buruk disebabkan
kemalasannya. Misalnya dia beriman kepada Allah SWT, sehingga dia tidak mau
mencuri, korupsi, merampok dan mengambil harta orang lain, tetapi dia tidak mau
bekerja dan hanya mengharapkan bantuan serta menjadi beban bagi orang lain,
maka rezki yang dia peroleh bukanlah rizki yang mulia.
Demikian juga orang yang
meminta-minta atau menjadi pengemis karena malas berusaha, padahal sebenarnya
dia mampu bekerja maka rizki yang dia peroleh bukanlah rizki yang mulia. Kelak
di akhirat orang yang demikian itu akan menghadap Allah SWT dengan wajah yang
hina. Rasulullah SAW bersabda :
“Seseorang
yang selalu meminta-minta kepada orang lain, di hari kiamat ia akan menghadap
Allah dalam keadaan tidak sekerat daging sama sekali di wajahnya” (HR. Bukhari)
Islam menganjurkan agar
manusia bekerja keras dalam memenuhi kebutuhannya. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla”. (HR. Ahmad)
Rizki yang baik adalah rizki yang diperoleh karena amal usahanya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Tiada
makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri”. (HR. Bukhari)
Namun demikian, orang yang
beramal (berusaha) saja tetapi dia tidak beriman, maka sangat mungkin dia akan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh rizki. Dia bisa saja akan mencuri,
merampok, korupsi, mengambil hak orang lain asalkan bisa memperoleh rizki. Maka
rizki yang dia peroleh adalah rizki yang buruk.
Adanya keimanan dalam
hatilah, yang mendorong seseorang untuk berusaha mencari rizki yang halal dan
baik. Rasulullah SAW bersabda :
“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu
(seperti shalat, puasa, dll)”. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Dengan demikian, rezeki yang
mulia adalah rizki yang diperoleh dengan keimanan dalam hati dan kesungguhan
dalam berusaha. Allah SWT menyukai orang yang mau bekerja keras dalam mencari
rizki yang halal. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta'ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah
(lelah) dalam mencari rezeki yang halal”. (HR. Ad-Dailami)
b.
Rizki yang Buruk
Orang yang tidak beriman kepada
Allah SWT akan melakukan segala cara untuk memperoleh rizki. Maka rizki yang ia
peroleh adalah rizki yang buruk karena ia tidak peduli dengan apa yang
dihalalkan dan diharamkan oleh Allah SWT.
Orang yang memakan harta haram
tidak akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, doa-do’anyapun tidak akan didengar
oleh Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah SAW pernah
bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rasul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Rabbku, wahai Rabbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)
“Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api
neraka lebih utama membakarnya”. (HR. Ath-Thabrani)
“Pengangguran menyebabkan
hati keras (keji dan membeku”). (HR. Asysyihaab)
Kemalasan yang diperturutkan sangat mungkin akan
menyebabkan seseorang menjadi beban bagi orang lain bahkan menjadi
peminta-minta. Ini adalah hal yang buruk, apalagi memintanya dengan memaksa.
Orang yang berbuat demikian, meskipun ia mendapatkan rizki, namun rizki yang ia
peroleh adalah rizki yang buruk. Hal ini dibenci oleh Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda :
“Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan
membenci orang yang meminta-minta dengan
memaksa”. (AR.
Ath-Thahawi)
Allah Memberi Rizki Sesuai Usahanya
Allah SWT memberikan rizki
sesuai dengan kehendak-Nya. Bagian dari kehendak-Nya adalah bahwa barangsiapa yang
bekerja keras, dia akan dilapangkan rezekinya dan barangsipa yang
bermalas-malasan maka Dia akan menyempitkan rezekinya. Manusia memperoleh rizki
sesuai dengan usahanya. Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Melihat
hamba-hamba-Nya mana yang berhak untuk dilapangkan dan disempitkan, sesuai
dengan kerja kerasnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra [17] ayat 30:
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya
Allah
SWT juga berfirman dalam QS. An-Najm [53] ayat 39 :
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”,
Rasulullah SAW juga mengabarkan, bahwa Allah SWT memberikan rizki kepada manusia sesuai dengan usaha dan kemauan kerasnya. Beliau SAW bersabda :
“Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kegiatan dan kemauan
kerasnya serta ambisinya.”
(HR.
Ath-thusi)
Bersegera dalam Mencari Rizki
Salah satu upaya untuk mendapatkan rizki adalah menjemputnya dengan bersegera. Allah SWT memerintahkan kepada kita agar setelah beribadah kepada-Nya kita segera mencari karunia-Nya dengan bekerja. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Jum’ah [62] ayat 10:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Rasulullah
SAW juga memerintahkan agar kita bangun pagi hari agar bisa lebih awal dalam mencari
rizki. Rasulullah SAW bersabda :
“Bangunlah
pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada
pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahkan
Rasulullah SAW mendo’akan umatnya yang mulai bekerja pada pagi hari agar
mendapatkan keberkahan. Beliau berdo’a :
“Ya
Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi hari mereka”.
(HR. Ahmad)
Dan beliau
SAW melarang umatnya tidur setelah shalat subuh, yang dapat melalaikan
seseorang dari mencari rizki. Beliau SAW bersabda :
“Seusai
shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk
mencari rezeki”. (HR. Ath-Thabrani)
Banyak Ingat Allah dalam Mencari Rizki
Dalam mencari rizki, hendaknya kita senantiasa
mengingat Allah SWT, ingat akan perintah dan larangan-Nya. Ingat mana rizki
yang dihalalkan dan mana yang diharamkan. Yang dihalalkan boleh diambil,
sementara yang diharamkan harus dihindari. Dengan demikian maka kita akan memperoleh
keberkahan dari rizki yang kita dapatkan. Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-Jum’ah [62] ayat 10 :
”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Rizki yang
berkah akan menjadikan hidup kita menjadi mudah dan memperoleh banyak
keberuntungan. Sementara rizki yang haram akan menyebabkan hidup kita menjadi
susah dan sempit.
Allah SWT memberikan rizki secara berbeda-beda kepada
hamba-Nya sesuai dengan kemampuan dan hasil usahanya. Orang-orang yang diberi kelebihan rizki hendaknya mau
menafkahkan sebagian rizkinya kepada orang lain yang membutuhkan agar mereka
sama-sama merasakan rezeki itu. Menafkahkan sebagian rizki adalah sebagai salah
satu bentuk rasa syukur kita atas berbagai nikmat-Nya. Firman Allah SWT
dalam QS. An-Nahl [16] ayat 71-74:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah
Jika kesadaran untuk berbagi rezeki ini tumbuh di
tengah-tengah masyarakat, maka kesenjangan sosial akan bisa teratasi dan
masyarakat bisa hidup sejahtera.
Jangan Takut Miskin
Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dan telah menjamin bagi mereka rizkinya masing-masing. Tugas mereka adalah untuk menjemput rizki itu. Firman Allah SWT dalam QS. Hud [11] ayat 6 :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
Yang dimaksud binatang melata dalam ayat di atas adalah
segenap makhluk Allah yang bernyawa, sehingga setiap makhluk-Nya sudah diberi
potensi oleh Allah SWT untuk memperoleh rezeki. Burung diberi kemampuan untuk
bisa terbang dan memiliki paruh yang bisa digunakan untuk mencari makanan.
Harimau diberi cakar dan taring untuk memperoleh makanannya. Cicak diberi
kemampuan merayap di dinding untuk memperoleh makanannya. Semua makhluk Allah
diberi potensi untuk memperoleh rezekinya masing-masing. Demikian juga manusia,
ia diberi fisik yang sempurna dan akal untuk bisa mencari rizkinya.
Maka manusia sebagai makhluk yang diciptakan paling
sempurna dilarang berputus asa dari rahmat Allah dan takut miskin karena khawatir
tidak mendapatkan rizki. Selama ia mau berusaha dan mau memanfaatkan potensi
yang dimiliki, maka Insya Allah ia akan mendapatkan rizki. Karena Allah-lah
yang Maha Pemberi Rizki kepada segenap makhluk-Nya. Kekayaan, Rahmat dan
Karunia-Nya tidak terbatas dan tidak akan pernah berkurang atau habis.
Allah SWT juga melarang orang menunda-nunda pernikahan hanya karena takut miskin. Bahkan kita diperintahkan oleh Allah untuk membantu mereka yang belum menikah untuk bisa menikah. Apabila mereka miskin, maka Allahlah yang akan memberikan kemampuan kepada mereka. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur [24] ayat 32 :
“Dan kawinkanlah
orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin)
dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Kita juga dilarang membunuh anak karena takut dengan kemiskinan, karena Allahlah yang akan memberikan karunia-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Isra’ [17] ayat 31 :
“Dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki
kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa
yang besar”.
Termasuk dari membunuh anak
yang dilarang oleh Allah SWT adalah melakukan aborsi disebabkan karena khawatir
terhadap rizkinya.