Senin, 10 April 2023

SUMBER UTAMA HUKUM ISLAM



 Oleh : Triat Adi Yuwono

Kita sebagai umat Islam wajib untuk mengikuti hukum  Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan wajib pula mengembalikan segala permasalahan kepada keduanya. Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber utama dalam hukum Islam.

Allah SWT memerintahkan kita untuk taat kepada-Nya dengan berpegang kepada Al-Qur’an dan taat kepada Rasul-Nya dengan berpegang pada As-Sunnah, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa [4] ayat 59:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Rasulullah SAW juga telah memerintahkan kita untuk berpegang teguh kepada Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnahnya agar kita bisa selamat di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits :

“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.” (HR.Hakim dan Daruquthni).

a.        Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah sumber hukum yang utama  bagi umat Islam.

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT di Bulan Ramadlan sebagai petunjuk bagi umat manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 185 :

 (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab yang lengkap, yang menjelaskan semua persoalan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl [16] ayat 89 :

 (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Semua isi kandungan di dalam Al-Qur’an adalah kebenaran, tanpa ada keraguan sedikitpun padanya. Orang-orang yang bertaqwa menjadikannya sebagai petunjuk di dalam kehidupan.  Allah SWT berfirman dalam QS.Al-Baqarah [2] ayat 2:

 Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,

b.        As-Sunnah

Selain berpegang kepada firman-firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga memerintahkan kita agar taat kepada Nabi SAW dengan mengikuti sunnah-sunnahnya. Mengikuti apa yang beliau perintahkan dan meninggalkan apa yang beliau larang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Hasyr [59] ayat 7:

 Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

Dengan kita mengikuti dan menaati Rasul, maka sebenarnya kita telah menaati Allah SWT karena apa yang disampaikan oleh Rasul adalah atas petunjuk-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] ayat 80:

 Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.

Taat kepada Rasul merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Firman Allah SWT dalam QS. An-Nur [24] ayat 51:

 Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

 

Sementara itu, orang yang tidak mau mengikuti Rasul dan berat hati menerima keputusannya maka mereka bukanlah termasuk orang yang beriman. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] ayat 65 :

 Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan kita agar berpegang teguh dengan sunnah beliau. Beliau bersabda dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah :

“Berpegangteguhlah kalian dengan Sunnah-ku dan sunnah para Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk (setelahku).”

Rabu, 01 Februari 2023

ALLAH SWT DAN UTUSAN-NYA


 Oleh : Triat Adi Yuwono

Setelah mengenal Allah SWT sebagai Tuhan, tentu kita ingin mengetahui lebih dalam apa kehendak-Nya, apa yang dicintai dan dibenci-Nya. Namun karena kita adalah makhluk yang fana, sementara Allah adalah Dzat yang Maha Mutlak (Absolute), maka kita tidak akan mampu menjangkau atau memahami apa kehendak-Nya. Oleh karena itu, atas kasih sayang-Nya maka Dia berkenan menyampaikan apa kehendak-Nya, apa yang Dia cintai dan Dia benci melalui firman-firman-Nya. Firman-firman Allah SWT itulah  yang kemudian disampaikan kepada para manusia pilihan-Nya yakni para Nabi dan Rasul, melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Allah SWT mengirimkan para Nabi dan Rasul kepada tiap-tiap ummat untuk menyampaikan kehendak Tuhan kepada manusia agar manusia bisa hidup bahagia. Nabi dan Rasul itu diutus berkesinambungan untuk ummatnya masing-masing. Hingga Allah SWT berkehendak bahwa Dia  mengakhiri pengiriman Nabi dan Rasul dengan diutusnya Nabi akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW. Maka setelahnya tidak ada Nabi dan Rasul lagi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ahzab [33] ayat 40:

”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

 Maka kita yang sudah beriman kepada Allah SWT, kita juga harus beriman pula kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi yang membawa ajaran-ajaran-Nya. Maka kita harus bersaksi tentang hal ini, yang dikenal dengan kalimat Syahadat :

اَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلهَ اِلاَاللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ  مُحَمَّدًارَّسُوْلُ اللهُ

 SAYA BERSAKSI BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, DAN SAYA BERSAKSI BAHWA NABI MUHAMMAD ADALAH UTUSAN ALLAH

 Dengan meyakini dan mengucapkan kalimat Syahadat maka kita menjadi seorang Muslim, yaitu orang yang berserah diri kepada Tuhan.

Selasa, 03 Januari 2023

KONSEP KETUHANAN ISLAM

 


                    Oleh : Triat Adi Yuwono

Dalam ajaran agama Islam, manusia bersifat relatif dan lemah sehingga dia tidak mungkin mampu menjangkau Tuhan sebagai Dzat yang mutlak. Oleh karena itu, manusia pada hakekatnya tidak mengenal siapa Tuhannya. Namun Tuhan sendirilah yang berkenan  memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui wahyu yang disampaikan kepada orang-orang yang dipilih-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul. Inilah perkenalan Tuhan kepada manusia yang disampaikan melalui wahyu (yaitu Al-Qur’an) :

”Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS.Thoha [20]:14)

 Dari perkenalan Tuhan dalam ayat di atas, maka dapat diketahui bahwa nama-Nya adalah Allah. Dia juga menjelaskan bahwa tidak ada tuhan yang hak selain Dia. Dia menyuruh makhluk-Nya untuk hanya menyembah kepada-Nya saja dan mendirikan shalat untuk mengingat-Nya. Maka umat Islam di seluruh dunia akan menyembah hanya kepada satu Tuhan yang bernama Allah. Dan seluruh umat Islam akan seragam dalam menyebut nama-Nya, karena Dia sendiri yang memperkenalkan nama-Nya itu, yaitu Allah.

Allah juga menyampaikan karakteristik-Nya kepada manusia yang sesuai dengan logika dan karakter Tuhan seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Sebagai acuan dapat dilihat pada firman-Nya dalam Al Quran surat Al Ikhlas [112] ayat 1 – 4:

”Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Di

Ayat 1 :

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 

Pada ayat di atas Allah SWT menjelaskan bahwa Dia hanya ada satu, esa, tunggal, tidak ada yang lain. Hal ini bersesuaian dengan karakter Tuhan yang ke 3, yaitu unique (satu-satunya).

Ayat 2 :

”Allah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu”

 Allah SWT adalah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Segala sesuatu membutuhkan-Nya, sedangkan Dia tidak membutuhkan segala sesuatu karena Dia Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Segalanya. Hal ini bersesuaian dengan karakter tuhan yang ke 1, yaitu absolute (mutlak). 

Ayat 3-4 :

Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada  sesuatupun yang setara dengan Dia”

Allah menjelaskan bahwa Dia tidak memiliki anak dan Dia juga bukan hasil dari peranakkan. Berbeda dengan makhluk-Nya yang memiliki anak atau keturunan untuk melangsungkan jenisnya. Dia juga berbeda dengan makhluk-Nya yang berasal dari peranakkan, memiliki induk. Allah berbeda dengan itu semua. Allah juga menjelaskan bahwa tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia, tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Hal ini bersesuaian dengan karakter tuhan yang ke 2, yaitu distinct (tidak ada yang menyamai).

Dari penjelasan di atas, maka  Tuhan dalam ajaran agama Islamlah yang memiliki konsep sesuai dengan karakter Tuhan yang sesuai dengan akal manusia, yaitu Absolute (mutlak), distinct (tidak ada yang menyamai) dan unique (satu-satunya).

Konsep ke-Tuhanan dalam Islamlah yang benar, karena konsep itu sesuai dengan akal manusia dan wahyu yang mana kedua-duanya berasal dari Tuhan. Dengan kita mengetahui Tuhan yang benar, maka hati kitapun akan menjadi tenang karena kita yakin akan keakuratan kebenarannya. Tuhan yang benar itu adalah Allah SWT, Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Tidak Ada Yang Menyamai dan Dzat Yang Maha Esa.

Ketika kita mengingat Tuhan Allah SWT, maka hati (rasa) kita akan menjadi tenteram, bahagia. Inilah yang diinginkan oleh manusia dalam pencariannya terhadap Tuhan. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Ar Ra’du [13] ayat 28:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

 Dengan demikian, sesuailah konsep ke-Tuhanan dalam ajaran Islam antara rasa, rasio dan wahyu.