Dalam diri setiap manusia ada kesadaran dari dalam jiwanya bahwa ada kekuatan yang melampaui kekuatan dirinya dan juga kekuatan alam. Ini adalah naluri dasar yang dibawa oleh setiap manusia, tanpa harus ada yang mengajarinya. Apabila manusia mau merenungi kehidupan, mau menggunakan akal dan hatinya secara bersih dan membebaskan dirinya dari belenggu warisan nenek moyang, pengaruh budaya, tempat tinggal dan membiarkan fitrah alaminya, niscaya ia akan mendapati bahwa ada yang menciptakan segala sesuatu, yang mengatur segala urusan, yang dimintai pertolongan, yang diagungkan, yang disegani, yang diharap dan dituju, yaitu Tuhan.
Naluri dasar ini kadang
tertutupi oleh kesombongan manusia karena ia hidup dalam kemewahan, kecukupan dan
kesenangan-kesenangan semu. Namun sebaliknya, ketika manusia ditimpa musibah
dan kepahitan hidup maka hilanglah kesombongan yang menyelimuti hatinya dan ia
kembali ingat kepada Yang Maha Kuasa, Tuhannya, dengan berdo’a dan menyandarkan
diri kepada-Nya.
Naluri dasar ini biasanya juga
akan muncul secara ’otomatis’ ketika manusia berada dalam keadaan mencekam,
bahaya atau ketakutan. Ia secara naluri akan memohon atau meminta perlindungan
kepada ’sesuatu’ yang lebih hebat dari kekuatan-kekuatan itu. Ia akan berdo’a dan
berlindung kepada Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa naluri dasar manusia adalah
percaya kepada adanya Tuhan dan Tuhan sendirilah yang menanamkan naluri dasar
itu, agar mereka mau mengenal-Nya.