Selasa, 29 Maret 2022

DNA DAN KEAJAIBAN PENCIPTAAN


 Oleh : Triat Adi Yuwono

Manusia tersusun atas milyaran sel. Satu sel dari tubuh manusia berisi informasi tiga atau empat kali lebih banyak dibandingkan dengan 30 volume Encyclopedia Britannica[1]. Jumlah sel pada tubuh manusia lebih dari 100 miliar dengan diameter rata-rata 10 mikron (1 mikron =10-6 m). Pada setiap sel terdapat nukleus (inti sel) yang terletak pada pusat sel. Pada nukleus terdapat molekul DNA yang membawa informasi tentang perkembangan manusia secara detail dari dalam rahim ibu sampai dilahirkan. Tinggi badan, warna kulit, golongan darah, bentuk wajah, jenis rambut dan lainnya  telah dikodekan dalam DNA itu.

Banyaknya informasi yang ada pada DNA sangat menakjubkan. Materi yang sangat kecil ini ternyata memiliki peran yang sangat vital dalam pembentukan tubuh manusia. Siapakah yang menanamkan informasi genetik yang demikian banyak itu dalam DNA yang sangat kecil? Siapakah yang mengatur sel-sel itu agar berkembang sesuai dengan kode-kode genetik yang ada pada DNA tanpa melakukan kesalahan? Bagaimanakah sel-sel yang tidak berakal itu kemudian bisa menjadi manusia sempurna yang berakal budi? Apakah manusia yang menciptakan dirinya sendiri sesuai dengan kehendaknya? Tentu tidak. Pasti ada yang mengatur dan menciptakan itu semua. Yang mengatur dan menciptakan itu semua adalah Tuhan, Dzat Yang Maha Pencipta lagi Maha Cerdas.



[1] Abdul Khafi Syatra. 2011. Misteri DNA Manusia : Mengungkap Kuasa Ilahiah Paling Misterius dalam Tubuh Manusia.FlashBooks: Jogjakarta, hal : 143

Minggu, 13 Maret 2022

SISTEM KEKEBALAN TUBUH DAN KEAJAIBAN PENCIPTAAN


Oleh : Triat Adi Yuwono

Manusia tidak bisa lepas dari lingkungan sekitarnya, yang di sana  terdapat berbagai macam bakteri dan virus berbahaya yang siap menyerang manusia sepanjang waktu. Bakteri dan virus ini bisa menyebabkan manusia mengalami sakit bahkan meninggal dunia. Namun, manusia mempunyai sistem kekebalan tubuh yang bekerja setiap saat untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus itu, bahkan ketika kita sedang tidur sekalipun. Mereka terus-menerus bekerja tanpa kita sadari. Mereka mampu ‘mengetahui’ masuknya sel-sel yang berbahaya bagi tubuh dan kemudian melumpuhkannya.

Sistem kekebalan tubuh itu bekerja secara terus menerus tanpa kita menyuruh dan mengawasinya. Siapakah yang membuat dan mengatur sistem kekebalan tubuh itu? Bukan kita yang membuatnya, bahkan seringkali kita tidak menyadari keberadaan dan kerja mereka, namun Tuhanlah yang menciptakan dan mengatur sistem itu bagi kita.

 

Kamis, 10 Maret 2022

MATA MANUSIA DAN KEAJAIBAN PENCIPTAAN

                     

Oleh : Triat Adi Yuwono

Mata adalah indera yang sangat penting bagi manusia. Dengan menggunakan mata, maka manusia bisa melihat lingkungan sekitarnya.

Mata dapat melihat karena semua organ penglihatan bekerja secara serasi. Apabila salah satu organ rusak, maka mata tidak bisa berfungsi sebagai indera penglihatan. Misalkan kelopak mata rusak, meskipun masih terdapat kornea, retina, lensa, kelenjar air mata dan lainnya, maka organ-organ itupun akan segera rusak dan kehilangan fungsi penglihatannya. Demikian juga ketika produksi air mata berhenti, maka mata akan menjadi kering dan mengalami kebutaan.

Mata memiliki sistem yang rumit dan kesemuanya bekerja bersama-sama. Apabila salah satu tidak bekerja, maka mata tidak akan bisa melihat. Keserasian ini tentulah tidak muncul dengan sendirinya secara bertahap, tetapi diciptakan sebagai suatu sistem yang utuh. Dan yang menciptakan mata bukanlah manusia, karena banyak dari mereka yang bahkan tidak mengetahui bagaimana mata ini bekerja, sehingga mustahil mereka yang meletakkan pada tubuhnya sendiri. Tuhanlah yang telah menciptakan mata secara sempurna dan meletakkannya pada tubuh manusia.

Senin, 07 Maret 2022

KEAJAIBAN ATMOSFER BUMI DAN KEBERADAAN TUHAN


 Oleh : Triat Adi Yuwono

Usia bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun. Bumi mengalami proses yang sangat penjang sampai akhirnya bisa dihuni oleh makhluk hidup.

Awalnya bumi sangat panas dan belum memiliki atmosfer, kemudian dengan berjalannya waktu semakin mendingin sehingga terjadilah kerak bumi dan muncul gunung-gunung berapi dipermukaannya. Adanya gaya grafitasi mencegah gas-gas dari bumi terlepas ke luar angkasa. Gas-gas tersebut menyelimuti bumi dan jadilah atmosfer. Dahulu atmosfer terdiri dari hidrogen sulfida, metana dan karbon dioksida yang lebih banyak 10 hingga 200 kali lipat dari saat ini.

Pada sekitar 3 milyar tahun lalu muncullah makhluk hidup bersel satu yang mampu melakukan fotosintesis dengan memanfaatkan sinar matahari, air serta karbondioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan adanya fotosintesis, maka jumlah oksigen di atmosferpun semakin meningkat. Saat ini atmosfer bumi terdiri dari sekitar 21 persen Oksigen, 78 persen Nitrogen dan 1 persen gas-gas yang lain. Adanya Oksigen menyebabkan bumi bisa mendukung kehidupan.

Atmosfer menyelimuti bumi dan melindunginya dari meteor-meteor besar yang akan  menghantam bumi. Meteor-meteor itu terbakar di atmosfer sebelum sampai ke permukaan bumi, sehingga tidak membahayakan kehidupan di atasnya.

Atmosfer juga melindungi bumi dari panas matahari yang ekstrem. Atmosfer menyerap sebagian sinar matahari dan memantulkan sinar matahari yang lain ke luar angkasa. Dengan demikian suhu di permukaan bumi menjadi hangat dan dapat mendukung kehidupan, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

Apa jadinya jika bumi tidak memiliki atmosfer? Bumi akan dibombardir oleh meteor-meteor yang menabraknya dan kehidupan di atas bumi akan hancur. Apa jadinya jika atmosfer menyerap semua sinar matahari? Suhu bumi akan menjadi sangat panas dan tidak memungkinkan adanya kehidupan di atasnya. Apa jadinya jika atmosfer memantulkan seluruh sinar matahari tanpa ada yang diserapnya? Bumi akan sangat dingin dan membeku sehingga tidak memungkinkan ada kehidupan. Mengapa atmosfer bisa dengan seimbang menyerap dan memantulkan sinar matahari untuk mendukung kehidupan? Mungkinkah ini terjadi secara kebetulan? Mungkinkah atmosfer mengatur komposisinya sendiri untuk mendukung kehidupan di bumi? Tentu tidak, pasti ada yang menciptakan dan mengatur atmosfer agar bisa mendukung kehidupan di permukaan bumi. Yang menciptakan dan mengatur atmosfer adalah Tuhan Yang Maha Pencipta.

Minggu, 06 Maret 2022

KESEIMBANGAN BUMI DAN KEBERADAAN TUHAN



 Oleh : Triat Adi Yuwono

Jarak bumi terhadap matahari sekitar 150.000 km. Jarak ini adalah jarak yang paling ideal agar bumi bisa ditempati sebagai tempat hidup. Apabila bumi jaraknya lebih dekat sedikit saja kepada matahari, niscaya bumi sudah terbakar panasnya matahari dan jika bumi jaraknya lebih jauh sedikit saja dari matahari niscaya bumi akan membeku dan tidak ada kehidupan. Jarak bumi terhadap matahari ini adalah jarak yang paling tepat sehingga bisa mendukung adanya kehidupan di atasnya.

Bumi juga mengalami rotasi, yaitu berputar pada porosnya. Dengan adanya rotasi bumi maka terjadi pergantian bagian yang terkena cahaya matahari dan yang tidak terkena cahaya matahari. Wilayah bumi yang terkena cahaya matahari mengalami siang hari dan yang tidak terkena cahaya matahari dalam keadaan malam hari. Apa jadinya jika bumi tidak berotasi? Hanya wilayah yang menghadap matahari saja yang terkena cahaya, sedangkan wilayah lain dibelakangnya tidak terkena cahaya matahari. Wilayah yang terkena cahaya matahari akan merasakan siang terus menerus sedangkan wilayah yang tidak terkena cahaya matahari akan merasakan malam terus menerus. Jika ini terjadi, maka daerah yang terkena cahaya matahari  akan mengalami panas yang mencapai 100 derajat celcius dan tidak ada sungai serta danau karena airnya menguap. Sedangkan di daerah yang tidak terkena cahaya matahari akan dingin dan gelap, sehingga tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis dan tidak ada oksigen yang dihasilkan. Maka kehidupanpun tidak bisa berlangsung di permukaan bumi.

Siapakah yang mengatur ketelitian jarak bumi terhadap matahari? Sipakah yang mengatur agar bumi berputar pada porosnya sehingga kehidupan bisa berlangsung di atasnya? Mungkinkah bumi mengatur posisinya sendiri terhadap matahari, padahal bumi adalah benda yang tidak berakal? Tentu tidak mungkin, pasti ada yang mengatur posisi bumi terhadap matahari. Yang mengatur posisi bumi terhadap matahari dengan cermat dan tepat adalah Tuhan Yang Maha Pencipta.

TEORI BIG BANG DAN KEBERADAAN TUHAN


  Oleh : Triat Adi Yuwono

Salah satu pertanyaan yang ingin diketahui oleh manusia jawabannya selama ribuan tahun adalah tentang bagaimana alam semesta ini ada. Berbagai mitologipun berkembang untuk menjelaskan asal muasal alam semesta ini. Berbagai keyakinan dan pemikiran dari berbagai bangsa dan budaya juga tidak luput membahas  hal ini. Tidak hanya para teolog dan filsuf, para ilmuwanpun ingin mengetahui bagaimana alam semesta ini ada, maka kemudian disusunlah berbagai teori dan juga penelitian untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan itu.

Pada tahun 1929 Edwin Hubble menggunakan teropong bintang terbesar di dunia untuk mengamati galaksi-galaksi di alam. Dari hasil pengamatannya diketahui bahwa ternyata galaksi-galaksi tersebut bergerak saling menjauh, hal ini menunjukkan  bahwa alam semesta mengembang!   Jika waktu ditarik ke belakang, maka dapat disimpulkan bahwa dahulu alam semesta ini berasal dari satu titik yang meledak hingga terus berkembang sampai saat ini. Teori inilah yang disebut dengan teori big bang (Ledakan Dahsyat/ Dentuman Besar).

Dari teori ini diketahui bahwa alam semesta ini memiliki permulaan dengan adanya peristiwa ledakan dahsyat yang terjadi sekitar 20 milyar tahun lalu. Dari ledakan itulah kemudian terbentuk bintang-bintang, planet-planet dan galaksi-galaksi selama milyaran tahun. Masing-masing beredar dalam orbitnya dan masih terus mengembang sampai hari ini tanpa mengalami kehancuran.

Ledakan sangat panas yang menjadi awal kelahiran alam semesta  pada saat peristiwa big bang diharapkan masih meninggalkan jejaknya di alam. Maka para ilmuwanpun berusaha mencari bukti sisa-sisa dari peristiwa ini. Pada tahun 1964 Wilson dan Penzias dalam observasinya menemukan sisa-sisa radiasi panas yang dipancarkan saat terjadinya big bang di seluruh penjuru alam raya. Ditemukannya bukti sisa radiasi dari ledakan ini menjadikan para ilmuwan menerima teori big bang sebagai teori terbentuknya alam semesta.

Alam semesta yang memiliki permulaan, yang dahulu tidak ada dan kemudian menjadi ada, tentu ada yang menciptakannya. Tidak mungkin alam semesta yang tidak memiliki kesadaran, mengadakan dirinya sendiri. Lalu, siapakah yang menciptakan alam semesta ini sehingga menjadi ada? Yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan, Dzat Pencipta sebagai sumber awal dan sebab dari segala sesuatu.

Pada peristiwa big bang, terjadi ledakan sangat dahsyat yang pada satu detik setelah penciptaan temperaturnya diperkirakan mencapai 10 milyar derajat[1]. Setiap peristiwa ledakan cenderung menyebabkan ketidak teraturan, cerai berai dan kerusakan. Namun ledakan yang terjadi pada peristiwa big bang berbeda, ledakan itu menghasilkan tatanan yang teratur. Hasil dari ledakan itu adalah terbentuknya planet-planet, bintang-bintang, sistem tata surya dan galaksi-galaksi yang masing-masing beredar menurut orbitnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang mengontrol ledakan itu sehingga bisa membuat hasil ledakan big bang tersebut menjadi sesuatu yang teratur dan begitu seimbang. Tidak mungkin hasil ledakan big bang yang teratur itu adalah hanya kebetulan saja. Peluang peristiwa big bang terjadi secara kebetulan adalah sebagaimana peluang ledakan sebuah petasan yang sisa kertas ledakannya menjadi poster seorang artis cantik. Alias mustahil. Maka siapakah yang mengatur dan mengontrol ledakan big bang itu? Tentu yang mengatur dan mengontrol ledakan itu adalah Dzat Yang Maha Hebat, Dia itu adalah Tuhan. Dia pulalah yang telah menciptakan hukum gravitasi dan hukum-hukum fisika lain yang menyebabkan hasil dari ledakan big bang tidak berhamburan.   

Laju dari ledakan big bang sangat mendekati angka kritis. Perbedaan yang sangat kecil pada lajunya akan menyebabkan kehancuran.  Jika laju pengembangan satu detik setelah Dentuman Besar lebih kecil dari satu per seratus ribu juta (1:100.000.000.000 atau satu per seratus milyar), maka alam semesta akan runtuh kembali sebelum mencapai ukurannya seperti sekarang[2]. Jika laju pengembangan satu detik setelah Dentuman Besar lebih besar dari harga kritis, maka alam semesta akan terlalu mengembang yang akan menjadikannya hancur berhamburan. Hal ini menunjukkan bahwa ada Dzat yang mengatur secara cermat dan tepat peristiwa big bang sehingga ledakan itu menghasilkan tatanan alam semesta yang teratur dan seimbang seperti ini. Siapakah yang mengatur itu semua? Yang mengatur  itu adalah Tuhan Dzat Yang Maha Cerdas.  Tuhan-lah yang telah mengatur peristiwa big bang dengan sangat cermat sehingga tidak terjadi kesalahan sedikitpun dalam penciptaan-Nya. ”Tuhan tidak bermain dadu”, kata Albert Einstein.

Persitiwa big bang menunjukkan bahwa ada yang merancang dan menciptakan alam semesta. Sang perancang dan pencipta alam semesta itu adalah Tuhan.



[1] Paul Davies. 2006. Mencari Tuhan dengan Fisika Baru. Penerbit Nuansa: Bandung, hal:39

 [2] Stepen W. Hawking. 2016. Teori Segala Sesuatu. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, hal :87.

 

Kamis, 03 Maret 2022

MORAL MANUSIA DAN KEBERADAAN TUHAN

Oleh : Triat Adi Yuwono

Setiap manusia memiliki kecenderungan terhadap nilai kebaikan dan kebenaran serta tidak suka terhadap keburukan dan kejahatan. Setiap orang tentu tidak suka ketika ia diperlakukan secara buruk oleh orang lain. Setiap orang pasti tidak suka ketika dia dibohongi. Setiap orang pasti tidak suka ketika barang miliknya dirampas oleh orang lain.

Sementara itu, setiap orang pasti suka ketika ada orang yang menolongnya dengan kasih sayang saat ia membutuhkan bantuan. Setiap orang pasti senang ketika ada orang jujur yang mengembalikan dompetnya yang jatuh secara utuh tanpa ada barang yang hilang. Setiap orang pasti akan senang ketika melihat keindahan bunga-bunga di taman dan pepohonan yang hijau rindang.

Mengapa ada perasaan yang sama bagi setiap orang bahwa ia tidak suka terhadap keburukan, kejahatan dan suka terhadap nilai-nilai kebaikan; kasih sayang, kejujuran, keindahan, tanggung jawab dan sebagainya? Mengapa ada perasaan yang sama meskipun berbeda bangsa dan budaya? Mengapa ada perasaan yang sama meskipun terpisah jarak yang jauh berbentang samudera dan benua? Mengapa ada perasaan yang sama meskipun tidak saling kenal mengenal satu sama lain? Tentu ada yang menanamkan perasaan universal agar manusia cenderung kepada kebaikan moral, sehingga manusia menyadari bahwa menunundukkan diri kepada perintah moral hati nurani lebih utama daripada semata-mata menundukkan diri kepada hawa nafsu. Tuhan-lah yang telah menanamkan perasaan universal itu kepada setiap manusia.


SEJARAH PERADABAN MANUSIA DAN KEYAKINAN TERHADAP TUHAN


 

 Oleh : Triat  Adi Yuwono

Sepanjang sejarah peradaban manusia di berbagai belahan dunia selalu ditemukan tempat-tempat ibadah baik itu di zaman klasik, pertengahan maupun modern. Ini menunjukkan bahwa manusia sejak zaman dahulu telah mempercayai adanya kekuatan di luar dirinya, yaitu Tuhan, dengan penggambaran mereka masing-masing. Manusia menyembah dewa-dewa (tuhan-tuhan) segera setelah mereka menyadari diri sebagai manusia; mereka menciptakan agama-agama pada saat yang sama ketika mereka menciptakan karya-karya seni.[1] Maka tidak heran dalam setiap peradaban pasti selalu ada tempat peribadatan untuk menyembah tuhan.

Para ahli arkeologi pada tahun 1995 menggali situs di Turki tenggara yang bernama Gobekli Tepe. Di dalam lapisan tertua mereka tidak menemukan tanda-tanda adanya pemukiman, rumah ataupun kegiatan sehari-hari, namun di sana mereka menemukan struktur-struktur monumental bertiang yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang mengagumkan. Setiap tiang batu memiliki bobot sampai tujuh ton dan tingginya mencapai lima meter. Di pertambangan batu dekat daerah itu, mereka menemukan tiang yang sudah diukir separuh dan berbobot lima puluh ton. Mereka menemukan lebih dari sepuluh struktur monumental, yang paling besar selebar hampir tiga puluh meter. Ahli arkeologi menemukan bahwa struktur-struktur Gobekli Tepe berasal dari sekitar 9500 SM, yang dibangun oleh pemburu pengumpul, sebuah masyarakat pra pertanian. Mereka membangun struktur itu secara bersama-sama yang  melibatkan ribuan orang yang berasal dari kawanan dan suku yang berbeda-beda. Upaya semacam ini hanya bisa dilakukan karena didorong oleh adanya sistem keagamaan atau idiologi canggih di tengah-tengah kehidupan mereka[2]. Ini merupakan bukti bahwa sejak awal manusia telah memiliki kepercayaan kepada tuhan dan membangun tempat ibadah untuk menyembahnya, bahkan sebelum mereka membangun rumah-rumahnya.

Banyak peradaban yang di sana tidak diketemukan tempat pemukiman atau benteng-benteng. Namun tidak ditemukan satu peradabanpun yang di sana tidak di temukan tempat beribadah kepada tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan kepada tuhan ada sepanjang sejarah peradaban manusia. Manusia ada dengan telah membawa keyakinan kepada tuhan. Tuhanlah yang telah menanamkan keyakinan itu ke dalam jiwa manusia.



[1]  Karen Armstrong. 2014. Sejarah Tuhan. Mizan: Bandung, hal:20

[2] Yuval Noah Harari. 2018. Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta, hal: 108-109

Selasa, 01 Maret 2022

ADANYA ALAM SEMESTA SEBAGAI BUKTI KEBERADAAN TUHAN


 Oleh : Triat Adi Yuwono

Perhatikanlah diri kita, perhatikanlah sekeliling kita, perhatikanlah alam semesta ! Semuanya terlihat teratur dan seimbang. Tidak ada bagian dari alam semesta ini yang tidak seimbang, kacau atau tidak teratur.

Tubuh kita tersusun begitu indah dan seimbang sehingga kita bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan aman dan nyaman. Di dalam tubuh kita juga terdapat sistem yang begitu rumit dan canggih yang tidak tertandingi. Kita memilliki sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem pertahanan tubuh yang bekerja terus menerus secara otomatis dan menakjubkan. Saat kita tidurpun sistem ini tetap bekerja dengan baik, meskipun kita tidak menyuruh dan mengawasinya.

Di sekitar kita juga terdapat hewan dan tumbuhan yang memiliki sistem seimbang dan begitu menakjubkan. Bahkan hewan dan tumbuhan yang paling sederhana sekalipun, mereka memiliki sistem yang sangat kompleks dan mengagumkan.

Perhatikanlah alam semesta. Jarak bumi terhadap matahari begitu tepat, tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat, sehingga bumi tidak membeku dan juga tidak hangus terbakar panasnya matahari. Bintang-bintang dan planet-planet berjalan pada orbitnya masing-masing sehingga tidak saling bertumbukan.

Kita akan menemui bahwa semua yang ada di alam semesta ini begitu teratur dan seimbang. Apakah keteraturan dan keseimbangan yang ada di alam semesta ini ada dengan sendirinya? Ataukah ada yang membuat dan mengaturnya?

Misalkan kita menemukan sebuah arloji yang indah di tengah hutan dan jarum jamnya berdetak dengan teratur, apakah kita berfikir bahwa arloji itu ada dengan sendirinya? Mungkinkah arloji itu yang mengatur dirinya sendiri? Mungkinkah besi-besi berkumpul sendiri dan membentuk arloji yang indah? Tentu tidak, pasti kita akan berfikir bahwa arloji itu ada yang membuat dan juga mengaturnya. Demikian juga alam semesta yang begitu seimbang dan teratur itu, tentulah ada yang membuat dan mengaturnya. Tidak mungkin alam semesta yang tidak mempunyai kesadaran membuat dan mengatur dirinya sendiri.

Siapakah yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini? Yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini tentulah ‘sesuatu’ yang sangat berkuasa, sangat hebat dan sangat cerdas. Manusia menyebutnya dengan Tuhan (God: Inggris; Rabb: Arab; Gusti Kang Moho Agung: Jawa; dan sebagainya)!.

Manusia yang menggunakan akal dan hatinya secara benar dan murni tentu akan menemukan kenyataan bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta pastilah ada. Dia-lah yang Maha Kuasa, Pemilik dan Pengatur alam raya.