Oleh : Triat Adi Yuwono
Jarak bumi terhadap matahari sekitar 150.000 km.
Jarak ini adalah jarak yang paling ideal agar bumi bisa ditempati sebagai
tempat hidup. Apabila bumi jaraknya lebih dekat sedikit saja kepada matahari,
niscaya bumi sudah terbakar panasnya matahari dan jika bumi jaraknya lebih jauh
sedikit saja dari matahari niscaya bumi akan membeku dan tidak ada kehidupan.
Jarak bumi terhadap matahari ini adalah jarak yang paling tepat sehingga bisa
mendukung adanya kehidupan di atasnya.
Bumi juga mengalami rotasi, yaitu berputar pada
porosnya. Dengan adanya rotasi bumi maka terjadi pergantian bagian yang terkena
cahaya matahari dan yang tidak terkena cahaya matahari. Wilayah bumi yang
terkena cahaya matahari mengalami siang hari dan yang tidak terkena cahaya
matahari dalam keadaan malam hari. Apa jadinya jika bumi tidak berotasi? Hanya
wilayah yang menghadap matahari saja yang terkena cahaya, sedangkan wilayah
lain dibelakangnya tidak terkena cahaya matahari. Wilayah yang terkena cahaya
matahari akan merasakan siang terus menerus sedangkan wilayah yang tidak terkena
cahaya matahari akan merasakan malam terus menerus. Jika ini terjadi, maka daerah
yang terkena cahaya matahari akan mengalami
panas yang mencapai 100 derajat celcius dan tidak ada sungai serta danau karena
airnya menguap. Sedangkan di daerah yang tidak terkena cahaya matahari akan
dingin dan gelap, sehingga tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis dan tidak
ada oksigen yang dihasilkan. Maka kehidupanpun tidak bisa berlangsung di
permukaan bumi.
Siapakah yang mengatur ketelitian jarak bumi
terhadap matahari? Sipakah yang mengatur agar bumi berputar pada porosnya
sehingga kehidupan bisa berlangsung di atasnya? Mungkinkah bumi mengatur
posisinya sendiri terhadap matahari, padahal bumi adalah benda yang tidak
berakal? Tentu tidak mungkin, pasti ada yang mengatur posisi bumi terhadap
matahari. Yang mengatur posisi bumi terhadap matahari dengan cermat dan tepat
adalah Tuhan Yang Maha Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar