Oleh : Triat Adi Yuwono
Emanuel Kant berpendapat bahwa pikiran manusia hanya mampu memahami
hal-hal yang ada di dalam ruang atau waktu dan tidak memiliki kompetensi untuk
berpikir tentang realitas yang berada di luar kategori ini[1].
Penalaran kita dapat berlaku hanya pada wilayah pengalaman, pada dunia
fenomenal yang benar-benar dapat kita amati (dapat dijangkau panca indera). Upaya
apapun untuk berteori tentang “realitas” yang terletak di balik objek-objek
pengalaman pasti mengalami kegagalan.[2]
Sebagian orang mengambil pendapat Emanuel Kant dengan menyatakan: “Sesuatu
ada karena bisa ditangkap panca indera”. Benda-benda di sekitar kita ada karena
bisa ditangkap panca indera; bisa dilihat, diraba, dicium, didengar, dan atau
dibaui. Sesuatu yang tidak bisa ditangkap panca indera, berarti tidak ada.
Demikian juga Tuhan, karena Tuhan tidak bisa dijangkau oleh panca indera, maka
Tuhan itu tidak ada.
Bantahan:
Sesuatu yang tidak
bisa ditangkap panca indera bukan berarti sesuatu itu tidak ada. Contohnya
adalah nyawa. Nyawa tidak dapat dijangkau oleh panca indera, tidak dapat
diraba, dicium, dirasa, dilihat dan didengar, namun kita yakin bahwa nyawa itu
ada. Demikian juga
Tuhan, Tuhan memang tidak bisa ditangkap oleh panca indera, namun bukan berarti
Dia itu tidak ada.
Kunjungi juga: www.comicmoslem.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar