Oleh : Triat Adi Yuwono
Thomas Aquinas (1225-1274) lahir di Aquino, Italia. Ia
menyatakan bahwa sesuatu yang sampai pada akal harus melalui panca indera,
tetapi yang berasal dari panca indera tidak membentuk pengetahuan yang
sebenarnya. Dengan dasar ini maka ia mengembangkan pemikirannya dalam rangka
menemukan Tuhan. Pertama, segala sesuatu yang ada di dunia tidak ada
yang tetap, tetapi bergerak dan berubah. Pergerakan dan perubahan alam ini
mustahil bersumber dari dirinya sendiri, sebab jika berasal dari dirinya (tidak
ada yang menggerakkan atau mengubah), berarti alam dan seisinya sempurna, tidak
kekurangan suatu apapun. Namun faktanya, alam seisinya tidak sempurna. Jadi
tentu ada yang menggerakkan atau mengubah alam ini. Kalau dirunut ke belakang
sampai habis, sebab pertama yang menggerakkan itu adalah yang tidak digerakkan,
yang tetap abadi dan sempurna, dan itulah Tuhan. Kedua, segala sesuatu
yang kita kenal melalui panca indera, adanya selalu disebabkan (ada faktor
penyebab). Kita tidak mungkin menerangkan kesebaban dengan menunjuk sebab-sebab
yang mendahuluinya, tetapi kita harus percaya, tentu ada sebab pertama yang
tidak disebabkan. Inilah yang disebut Tuhan. Ketiga, dunia menunjukkan
ketidak-niscayaan. Segala sesuatu di dunia ini tidak niscaya adanya, tidak
semuanya ada dengan keharusan. Segala sesuatu itu pernah tidak ada, dan akan
tiada juga. Jadi di dunia ini selalu mengandung ketiadaan, tidak mutlak itu
ada. Adapun sebab adanya sesuatu bukanlah ada-nya sendiri, tetapi diadakan.
Jika ia ada dengan sendirinya (bukan ada dari yang lain), tentulah ia bersifat
mutlak. Oleh karena itu haruslah ada yang mutlak, yang merupakan asal dari
segala yang ada. Yang mutlak ini adalah Tuhan. Keempat, dunia ini ada
kesempurnaan yang bertingkat-tingkat. Dalam kesempurnaan duniawi semuanya
terbatas. Oleh sebab itu haruslah ada yang mempunyai seluruh kesempurnaan, yang
Maha Sempurna, dan itu adalah Tuhan. Kelima, segala sesuatu yang ada di
dunia amat teratur dan terarahkan dengan cermat kepada tujuan masing-masing.
Karenanya harus diterima adanya Zat Yang Maha Pengatur yang sempurna dengan
kekuasaan tak terhingga. Dan inilah yang disebut Tuhan.[1]
Tentang Zat Tuhan, Aquinas menyatakan bahwa hakikat
sejati Tuhan tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia, “Dengan demikian, batas
akhir dari semua yang dapat diketahui oleh manusia tentang Tuhan adalah
mengetahui bahwa dia tidak mengetahui Tuhan, karena manusia tahu bahwa Tuhan
mengungguli semua hal yang dapat dipahami mengenainya”.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar