Sabtu, 08 Oktober 2016

PANDANGAN THOMAS AQUINAS TENTANG TUHAN




Oleh : Triat Adi Yuwono
Thomas Aquinas (1225-1274) lahir di Aquino, Italia. Ia menyatakan bahwa sesuatu yang sampai pada akal harus melalui panca indera, tetapi yang berasal dari panca indera tidak membentuk pengetahuan yang sebenarnya. Dengan dasar ini maka ia mengembangkan pemikirannya dalam rangka menemukan Tuhan. Pertama, segala sesuatu yang ada di dunia tidak ada yang tetap, tetapi bergerak dan berubah. Pergerakan dan perubahan alam ini mustahil bersumber dari dirinya sendiri, sebab jika berasal dari dirinya (tidak ada yang menggerakkan atau mengubah), berarti alam dan seisinya sempurna, tidak kekurangan suatu apapun. Namun faktanya, alam seisinya tidak sempurna. Jadi tentu ada yang menggerakkan atau mengubah alam ini. Kalau dirunut ke belakang sampai habis, sebab pertama yang menggerakkan itu adalah yang tidak digerakkan, yang tetap abadi dan sempurna, dan itulah Tuhan. Kedua, segala sesuatu yang kita kenal melalui panca indera, adanya selalu disebabkan (ada faktor penyebab). Kita tidak mungkin menerangkan kesebaban dengan menunjuk sebab-sebab yang mendahuluinya, tetapi kita harus percaya, tentu ada sebab pertama yang tidak disebabkan. Inilah yang disebut Tuhan. Ketiga, dunia menunjukkan ketidak-niscayaan. Segala sesuatu di dunia ini tidak niscaya adanya, tidak semuanya ada dengan keharusan. Segala sesuatu itu pernah tidak ada, dan akan tiada juga. Jadi di dunia ini selalu mengandung ketiadaan, tidak mutlak itu ada. Adapun sebab adanya sesuatu bukanlah ada-nya sendiri, tetapi diadakan. Jika ia ada dengan sendirinya (bukan ada dari yang lain), tentulah ia bersifat mutlak. Oleh karena itu haruslah ada yang mutlak, yang merupakan asal dari segala yang ada. Yang mutlak ini adalah Tuhan. Keempat, dunia ini ada kesempurnaan yang bertingkat-tingkat. Dalam kesempurnaan duniawi semuanya terbatas. Oleh sebab itu haruslah ada yang mempunyai seluruh kesempurnaan, yang Maha Sempurna, dan itu adalah Tuhan. Kelima, segala sesuatu yang ada di dunia amat teratur dan terarahkan dengan cermat kepada tujuan masing-masing. Karenanya harus diterima adanya Zat Yang Maha Pengatur yang sempurna dengan kekuasaan tak terhingga. Dan inilah yang disebut Tuhan.[1]
Tentang Zat Tuhan, Aquinas menyatakan bahwa hakikat sejati Tuhan tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia, “Dengan demikian, batas akhir dari semua yang dapat diketahui oleh manusia tentang Tuhan adalah mengetahui bahwa dia tidak mengetahui Tuhan, karena manusia tahu bahwa Tuhan mengungguli semua hal yang dapat dipahami mengenainya”.[2]


[1] Lukman Hakim. 2008. Adakah Tuhan? Logika untuk membangun  Aqidah. Pustaka Adipura: Yogyakarta, hal: 24-25
[2] Karen Armstrong. 2014. Sejarah Tuhan. Mizan Media Utama: Bandung, hal:314-315

Tidak ada komentar:

Posting Komentar