Oleh: Triat Adi Yuwono
Pada tahun 1905 Albert Einstein mengajukan teori
relativitas khusus. Teori ini menganggap bahwa hukum-hukum fisika sama di dalam
semua kerangka acuan dan bahwa laju cahaya di dalam ruang hampa tetap di
seluruh alam semesta dan tidak bergantung pada laju pengamat[1].
Teori ini disebut juga dengan postulat Einstein. Sebagai konsekuensi dari teori
ini maka kecepatan, waktu, panjang benda dan massa benda bersifat relatif.
Sebagian orang penganut relativisme menggunakan
teori ini dan mengatakan “Segala sesuatu bersifat relatif”. Semua yang ada di
alam ini memiliki sifat yang relatif, termasuk juga agama. Keyakinan agama di
dunia ini ada bermacam-macam, dan semua penganut agama meyakini bahwa
agamanyalah yang paling benar. Maka kebenaran suatu agama bersifat relatif,
tergantung kepada orang yang memandangnya.
Inti dari ajaran agama adalah keyakinan terhadap Tuhan.
Karena agama bersifat relatif, maka keberadaan Tuhan yang diyakini oleh pemeluk agamapun bersifat relatif.
Bantahan
:
Penganut relativisme menyatakan bahwa segala sesuatu
bersifat relatif. Karena teori relativitas merupakan ‘sesuatu’, maka teori
relativitas juga bersifat relatif. Sesuatu yang bersifat relatif, maka
kebenarannya juga bersifat relatif. Sesuatu yang kebenarannya relatif tentu
tidak bisa dipercaya.
Kita mengetahui gelap karena adanya terang, kita
mengetahui salah karena ada yang benar, kita tahu sesuatu tidak bisa dipercaya
karena ada yang bisa dipercaya. Demikian juga apabila segala sesuatu bersifat
relatif, maka pasti ada yang tidak relatif (mutlak). Apabila segala sesuatu tidak benar, pasti ada yang benar. Apabila
segala sesuatu tidak bisa dipercaya, pasti ada yang bisa dipercaya. Yang mutlak,
yang benar dan yang dapat dipercaya itu adalah Tuhan.
Kunjungi juga: www.comicmoslem.blogspot.com
Kunjungi juga: www.comicmoslem.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar