Jumat, 14 Oktober 2016

MEMBANTAH RELATIVISME TUHAN




Oleh: Triat Adi Yuwono

Pada tahun 1905 Albert Einstein mengajukan teori relativitas khusus. Teori ini menganggap bahwa hukum-hukum fisika sama di dalam semua kerangka acuan dan bahwa laju cahaya di dalam ruang hampa tetap di seluruh alam semesta dan tidak bergantung pada laju pengamat[1]. Teori ini disebut juga dengan postulat Einstein. Sebagai konsekuensi dari teori ini maka kecepatan, waktu, panjang benda dan massa benda bersifat relatif.
Sebagian orang penganut relativisme menggunakan teori ini dan mengatakan “Segala sesuatu bersifat relatif”. Semua yang ada di alam ini memiliki sifat yang relatif, termasuk juga agama. Keyakinan agama di dunia ini ada bermacam-macam, dan semua penganut agama meyakini bahwa agamanyalah yang paling benar. Maka kebenaran suatu agama bersifat relatif, tergantung kepada orang yang memandangnya.
Inti dari ajaran agama adalah keyakinan terhadap Tuhan. Karena agama bersifat relatif, maka keberadaan Tuhan yang diyakini oleh  pemeluk agamapun bersifat relatif.  
Bantahan :
Penganut relativisme menyatakan bahwa segala sesuatu bersifat relatif. Karena teori relativitas merupakan ‘sesuatu’, maka teori relativitas juga bersifat relatif. Sesuatu yang bersifat relatif, maka kebenarannya juga bersifat relatif. Sesuatu yang kebenarannya relatif tentu tidak bisa dipercaya.
Kita mengetahui gelap karena adanya terang, kita mengetahui salah karena ada yang benar, kita tahu sesuatu tidak bisa dipercaya karena ada yang bisa dipercaya. Demikian juga apabila segala sesuatu bersifat relatif, maka pasti ada yang tidak relatif (mutlak). Apabila segala sesuatu  tidak benar, pasti ada yang benar. Apabila segala sesuatu tidak bisa dipercaya, pasti ada yang bisa dipercaya. Yang mutlak, yang benar dan yang dapat dipercaya itu adalah Tuhan.

 Kunjungi juga: www.comicmoslem.blogspot.com


[1] Lihat: Oxford. 1995. Kamus Lengkap Fisika. Penerbit Erlangga: Jakarta, Hal: 374

Tidak ada komentar:

Posting Komentar