Kamis, 06 Oktober 2016

PENDAPAT ISAAC NEWTON TENTANG KEBERADAAN TUHAN





Oleh : Triat Adi Yuwono

Isaac Newton (1642-1727) adalah salah seorang ilmuwan terbesar dalam sejarah[1]. Ia adalah seorang ahli astronomi Inggris yang menemukan hukum gravitasi dan berbagai penemuan ilmiah lain.
Newton merasa yakin telah mendapatkan bukti tentang eksistensi Tuhan ketika merenungkan tentang fenomena alam. Mengapa gravitasi internal benda-benda langit tidak menarik semua benda itu menjadi satu masa yang besar? Hal ini disebabkan karena benda-benda tersebut telah dengan sangat cermat disebarkan di angkasa dengan cukup jauh untuk mencegah hal tersebut terjadi. Tentu yang melakukan dan merancang itu semua adalah suatu Agen yang berkecerdasan. Newton mengatakan: “Gravitasi mungkin dapat menggerakkan planet-planet, namun tanpa kekuatan Ilahiah, gravitasi takkan pernah bisa membuat planet-planet itu bergerak sirkular terhadap matahari sebagaimana adanya. Dengan alasan ini dan beberapa alasan lainnya, saya terdorong untuk menisbahkan kerangka sistem itu kepada suatu Agen yang berkecerdasan”[2].
Selain berkecedasan, Agen ini pasti memiliki kekuatan luar biasa untuk menata semua benda yang bermassa besar itu. Newton menyimpulkan bahwa kekuatan asal yang telah menggerakkan sistem yang tak terbatas dan rumit ini adalah dominatio (penguasa), satu-satunya yang bertanggungjawab atas alam semesta. Penguasa itu adalah Tuhan yang memiliki sifat Ilahiah. Newton menjelaskan sifat Tuhan yang lain dari sifat Maha kuasa dan Maha Bijaksana dengan menyatakan:
“Sistem mahaindah yang terdiri atas matahari, planet dan komet-komet ini hanya mungkin berasal dari rancangan dan kekuasaanWujud yang cerdas dan perkasa... Dia abadi dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; artinya, keberadaan-Nya tak berawal dan tak berakhir; kehadiran-Nya mencakup segala ketakterbatasan; Dia mengatur segala sesuatu, dan mengetahui segala sesuatu yang akan atau dapat dilakukan... Kita mengenal-Nya hanya melalui rancangan-Nya yang mahabijaksana dan mahaunggul, dan sebab-sebab akhir; kita mengagumi kesempurnaan-Nya; namun kita memuliakan dan memuja-Nya karena kekuasan-Nya: sebab kita memuja-Nya karena kita adalah hamba-Nya...”[3]


[1] Rakhmat Margajaya.2009.Tokoh-tokoh Fisika. Arfino  Raya: Bandung, Hal:16
[2] Karen Armstrong. 2014. Sejarah Tuhan. Mizan Media Utama: Bandung, hal: 451
[3] Ibid, hal:452

Tidak ada komentar:

Posting Komentar