Oleh : Triat Adi Yuwono
Rene Descartes pernah mengatakan: “Cogito, ergo
sum: Saya berfikir
maka saya ada”[1]. Sebagian orang
kemudian menggunakan perkataan Rene Descartes sebagai teori yang mendukung pendapat
bahwa segala sesuatu ada karena kita berfikir. Ketika kita sedang tidak berfikir,
maka sesuatu itu tidak ada. Buku dihadapan kita ada karena kita sedang
berfikir. Ketika kita sedang tidur, apakah buku itu ada bagi kita? Tidak ada.
Benda-benda di sekitar kita ada karena kita berfikir, ketika kita sedang
pingsan maka benda-benda itu bagi kita tidak ada. Termasuk juga Tuhan, Tuhan
ada karena kita berfikir. Kalau kita sedang berfikir tentang Tuhan maka Tuhan
ada, sedangkan kalau kita tidak berfikir tentang Tuhan, maka Tuhan tidak ada.
Tuhan hanyalah hasil pemikiran manusia. Manusia menciptakan ide tentang Tuhan
karena ketidakmampuannya memahami dan menghadapi fenomena alam. Saat ini ilmu
pengetahuan telah maju, manusia sudah mampu memahami dan menghadapi berbagai fenomena
alam, maka pemikiran tentang adanya Tuhan sudah layak dibuang dalam tong sampah
sejarah.
Hermann Cohen (1842-1918) di dalam bukunya The
Religion of Reason Drawn from the Sources of Judaism (diterbitkan secara
anumerta pada tahun 1919) menyatakan bahwa Tuhan hanyalah sebuah ide yang
dibentuk oleh pikiran manusia, sebuah simbol cita-cita etik. Sebuah gagasan
etik semata –semacam “Tuhan”- tidak akan bisa membuat hati kita merasa tenang.[2]
Berfikir itu merubah dari tidak tahu menjadi tahu. Berfikir
tidaklah menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Contohnya, berfikirlah
bahwa dihadapan kita ada sebuah mangkok yang berisi makanan yang enak. Setelah
kita berfikir demikian sekuat tenaga, apakah mangkok yang berisi makanan enak
itu tiba-tiba menjadi ada dihadapan kita? Tentu saja tidak, karena berfikir
memang tidak menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Namun berfikir akan
bisa menjadikan kita tahu, dari yang sebelumnya tidak tahu.
Tuhan ada bukan karena kita berfikir tentang Dia, tetapi
Dia memang sejatinya ada. Kita berfikir tentang Dia atau tidak, Dia akan tetap
ada. Bukti keberadaan-Nya adalah adanya alam semesta ini. Alam semesta yang
begitu seimbang dan teratur menunjukkan bahwa ada Dzat yang mengaturnya, Dialah
Tuhan.
Manusia dengan akal pikirannya memang telah menghasilkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu maju dan mempermudah kehidupan. Manusia
mampu memahami, menjelaskan dan menghadapi fenomena alam. Namun kemampuan itu
adalah atas izin Tuhan. Masih banyak hal yang belum dipahami, belum bisa
dijelaskan oleh ilmu pengetahuan, diantaranya adalah masalah nyawa dan ruh yang
menyebabkan manusia hidup dan memiliki kesadaran. Sampai saat ini tidak ada
satu ilmuwanpun yang mampu menjelaskan tentang hakikat nyawa dan ruh. Tidak ada
satu teknologipun hasil pikir manusia yang mampu membuat nyawa dan ruh. Manusia
tidak akan bisa menciptakan makhluk hidup, meskipun makhluk yang paling
sederhana sekalipun.
Ilmu pengetahuan dan teknologi memang telah mempermudah
manusia. Manusia mampu menghadapi berbagai fenomena alam. Ketika cuaca dingin
manusia bisa mengatasinya dengan membuat penghangat ruangan, ketika cuaca panas
manusia mampu membuat pendingin ruangan. Keinginan manusia untuk mengarungi
lautan bisa diwujudkan dengan membuat kapal laut, keinginannya untuk terbang
bisa diwujudkan dengan membuat pesawat terbang, ketika terjadi kekeringan pada musim
kemarau bisa diatasi dengan membuat hujan buatan, dan sebagainya. Namun tidak
semua fenomena alam bisa diatasi dengan kemampuan akal pikiran manusia.
Manusia menginginkan umur yang panjang, kalau bisa bahkan
ingin hidup selamanya. Namun apakah manusia bisa mencegah datangnya kematian ?
Adakah teknologi yang bisa mengusir maut ? Tidak ! Demikian juga fenomena
bencana alam, manusia tidak kuasa untuk menghentikan tsunami, gunung meletus
dan gempa bumi. Buah akal pikiran manusia tidak mampu mengatasinya. Ini
menunjukkan bahwa akal pikiran kita terbatas.
Tuhan menciptakan akal pikiran manusia memiliki
keterbatasan, agar kita mau mengakui bahwa ada yang tidak terbatas, ada yang
maha kuasa atas segalanya. Dia-lah Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar